Rabu, 12 Desember 2012

AYO KITA BELAJAR SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT


PENDEKATAN KETERAMPILAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan IPA di Sekolah Dasar
Dosen: Suci Utami Putri, M.Pd.



                                                                                      






Disusun oleh :

Ai Sukarsih
Asri Puspa Handayani
Fitri Soulfiah
Leny Ernawati
Nurhasan Wirayuda
Rizki Safitri Romadi
Santi Apriyanti





UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS PURWAKARTA

SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT


I.     Pengertian Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Secara etimologi, kata teknologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu kata techne dan logos. Techne artinya seni (art) atau keterampilan, logos artinya kata-kata yang terorganisasi atau wacana ilmiah yang mempunyai makna (poedjiadi, 1987: 19). Fischer (1975) dalam Alit (1994) memberikan definisi bahwa teknologi merupakan keseluruhan upaya yang dilakukan masyarakat dalam mengadakan benda untuk memperoleh kenyamanan dan keamanan bagi diri manusia itu sendiri.
Poedjiadi (1987: 18) menyatakan perkembangan teknologi dimulai dari usaha coba-coba atau trial and error, kemudian mulai abad ke- 18 perkembangan teknologi memerlukan dukungan teori dan penemuan sains untuk melandasi pengetahuan praktisnya.
Menurut pernyataan Amien (1992: 20) tujuan pendidikan sains abad 21 antara lain: harus tanggap terhadap kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa sekarang dan masa yang akan datang dan masalah-masalah sosial yang timbul dari isu-isu sosial. Sedangkan menurut Hidayat (1992: 15) untuk pendidikan sains 2000 hendaknya ditujukan pada pengembangan-pengembangan individu yang melek sains, mengerti bahwa sains teknologi dan masyarakat saling mempengaruhi dan saling bergantung, mampu mempergunakan pengetahuannya dalam membuat keputusan-keputusan yang tepat dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa istilah telah dikemukakan oleh para pendidik atau praktisi pendidikan yakni Science-Technology-Society (S-T-S) yang diterjemahkan dengan Sains-Teknologi-Masyarakat (S-T-M atau SATEMAS), Science-Environment-Technology (SET) dan Sceince-Environment-Technology-Society (SETS) yang intinya sebenarnya sama.
Istilah S-T-S untuk pertama kali diciptakan oleh John Ziman dalam bukunya ”Teaching and Learning About Science and Society” (1980 dalam Hidayat 1996). Ziman dalam bukunya mencoba mengungkapkan bahwa konsep-konsep dan proses-proses sains seharusnya sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Sains teknologi masyarakat (STM) yang diterjemahkan dari akronim bahasa Inggris STS (Science-technology-society) adalah sebuah gerakan pembaharuan dalam pendidikan IPA. Pembaharuan ini menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di era sekarang ini. Pandangan terebut senada dengan pendapat NC State University (2006), bahwa STM merupakan an interdisciplinary field of study that seeks to explore a understand the many ways that science and technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM dengan demikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi social mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan terjemahan dari Science Teknologi-Society (STS), yaitu suatu usaha untuk menyajikan IPA dengan mempergunakan masalah-masalah didunia nyata. Sains Teknologi Masyarakat adalah suatu pendekatan yang mencangkup seluruh aspek pendidikan yaitu, topik masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi dan persiapan/kinerja guru. Tujuan utama pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini adalah untuk menghasilkan lulusan yang memepunyai bekal pengetahuan yang cukup, sehingga mampu mengambil keputusan tentang masalah-masalah penting dalam masyarakat dan dapat mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang di ambilnya (Rumansyah dan Irhasyuarna, 2003).
Menurut Galib, L. M. (2002), bahwa pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) adalah belajar dan mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Pendekatan sains teknologi masyarakat cocok untuk mengintegrasikan domain konsep, keterampilan proses, kreativitas, sikap, nilai-nilai, penerapan dan keterkaitan antar bidang studi (kurikulum) dalam pembelajaran dan penilaian pendidikan sains. Jadi pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) menekankan pada konteks pembelajaran dan beraneka ragam hasil belajar.
Salah satu ciri utama pendekatan Sains Teknologi Masrakat (STM) adalah mempelajari isi kurikulum dengan bertitik tolak dari masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung komponem sains dan teknologi. Dengan kata lain, dalam pembelajaran biologi dengan pendekatan STM, siswa berpartisipasi langsung dan pro-aktif dalam upaya pemecahan masalah-masalah yang sedang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Galib, L. M., 2002).

II.  Karakteristik Sains Teknologi Masyarakat
Program-program STS pada umumnya memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut ( Yager, 1996 dalam hidayat 1996 )
  1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak.
  2. Penggunaan sumber daya setempat ( manusia, benda, lingkungan ) untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
  3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Perpanjangan belajar diluar kelas dan sekolah.
  5. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
  6. Suatu pandangan bahwa isi daripada sains bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasai siswa dalam tes.
  7. Penekanan pada keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan masalah.
  8. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
  9. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentifikasikan.
  10. Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak dimasa depan.
  11. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.

III.    Komponen STM
Sutamo,N(2009: 9.16-9.17) Pengajaran IPA dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) hendaknya mengandung komponen-komponen sebagai berikut.
a.    Strategi-strategi yang berada untuk memberikan pemahaman yang nyata mengenai pola-pola penalaran dan berpikir dari teman sebaya, orang dewasa dan para ahli.
b.    Keterampilan-keterampilan dalam menguji validasi argumen dan contoh-contoh yang tampaknya terdengar seperti penalaran ilmiah yang membawa pada kesimpulan yang keliru.
c.    Memotivasi siswa untuk mengeksplorasi emosi dan nilai-nilai dalam hubungan data dengan bukti-bukti khusus.
d.   Penggunaan studi lapangan, pembicara tamu, media info rmasi, film, dan kegiatan-kegiatan siswa, debat, bermain peran dan simulasi.
Komponen-komponenyang dievaluasi dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan  pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat adalah sebagai berikut.
a.       Teknik-teknik non tradisional ( seperti open-ended assesment, assay, performance based assesment, portfolio) untuk menilai keterampilan-keterampilan analitik dan penalaran.
b.      Teknik-teknik yang mengembangkan kesadaran lebih jauh dan pemahaman masalah-masalah dan pemecahan STM.
c.       Instrumen evaluasi untuk mengidentifikasi kemahan-kelemahan dalam panalaran siswa dan kesenjangan dalam pemahaman untuk meningkatkan pengajaran dan kurikulum.
Yager et. Al, (1992) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran STM terdapat 5 domain seperti domain konsep, proses, aplikasi, kreativitas dan sikap.
·         Domain konsep memfokuskan pada muatan sains yang meliputi fakta, informasi, hukum, prinsip, penjelasan keberadaan sesauatu dan teori yang digunakan oleh saintis tujuannya untuk dapat mengelompokkan alam yang teramati kedalam unit-unit yang teratur untuk studi dan penjelasan hubungan antara konsep satu dengan yang lainnya.
·         Domain proses, “ Science a Process Approach” mengemukaan ada 15 proses bagian saintis berpikir dan bekerja yaitu: mengobservasi, menggunakan ruang atau waktu, mengklasifikasi, mengelompokan, dan mengorganisasi, menggunakan bilangan, mengkualifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menginfer, memprediksi, mengendalikan,  dan mengidentifikasikan variabel, menginterpretasikan data, merumuskan hipotesis, memberikan definisi secara operasional,  dan melaksanakan eksperimen.
·         Domain aplikasi meliputi aplikasi konsep dan keterampilan dalam memecahkan masalah sehari-hari, menggunakan proses ilmiah dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
·         Domain kreativitif meliputi penggabungan objek-objek dan ide-ide dalam cara-cara baru memecahkan masalah dan teka-teki, menyarankan alasan-alasan yang mungkin menghasilkan ide-ide yang tidak biasa, mendesain alat.
·         Domain sikap meliputi pengembangan sikap positif terhadap sains dan diri sendiri, pengembangan kepekaan dan rasa hormat terhadap perasaan orang lain, mengekspresikan perasaan dengan cara-cara yang konstruktif. Karli,H (2002:29)
Poedjiadi.A(2005:131-131) Apabila ditinjau dari tuntutan kurikulum 2004, penerapan model Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan kognitif, keterampilan efektif dan keterampilan psikomotor.
Adapun keenam ranah yang terlibat dalam model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat dirinci sebagai berikut.
1.      Konsep, fakta, generalisasi, diambil dari bidang ilmu tertentu dan merupakan kekhasan masing-masing bidang ilmu.
2.      Proses diartikan dengan bagaimana proses memperoleh konsep atau bagaimana cara-cara memperoleh konsep bidang ilmu tertentu. Kalangan filsafat ilmu menyebutnya dengan istilah epistimologi ilmu.

3.      Kreativitas mencakup lima perilaku individu, yakni:
a.       Kelancaran. Perilaku ini merupakan kermampuan seseorang dalam menunjukan banyak ide untuk menyelesaikan masalah-masalah.
b.      Fleksibilitas. Seorang kreatif yang fleksibel mempu menghasilkan berbagai macam ide di luar ide yang biasa dilakukan orang.
c.       Orginalitas. Seseorang yang memiliki orginalitas dalam mencobakan suatu ide memiliki kekhasan yang berbeda d.ibandingkan dengan individu lain.
d.      Elaborasi. Seseorang yang memiliki kemampuan elaborasimampu menerapkan ide-ide secara rinci.
e.       Sensitivitas. Kemampuan kreatif terakhir ini adalah peka terhadap masalah atau situasi yang ada dilingkungannya
4.      Aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari merupakan aplikasi yang lebih luas dari C-3 nya Benyamin Bloom. Aplikasi ini merupakan “far transfer of learning”. Kemampuan seseorang untuk melekukan transfer belajar adalah apabila ia dapat menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari kedalam situasi lain, dan konsep yang telah dipelajari itu merupakan konsep prasyarat. Kemampuan “far transfer of learning” atau kemampuan mentransfer belajar diluar sekolahmerupakan kemampuan seseorang mentransfer hasil belajar yang diperoleh di lingkungan sekolah ke dalam situasi di masyarakat yang bersifat sangat kompleks.
5.      Sikap, yang dalam hal ini mencakup menyadari kebesaran Tuhan, menghargai hasil penemuan para ilmuan dan penemu produk teknologi, nemun menyadari kemungkinan adanya dampak negatif produk teknologi, peduli terhadap masyarakat yang kurang beruntung misalnya memiliki cacat fisik/mental, dan memelihara kelestarian lingkungan. Menyadari adanya kekuasaan Tuhan justru membuat ilmuan menyadarai keterbatasannya. Dengan demikkian apabila seseorang belum berhasil dalam usahanya, maka ia tidak akan putus asa. Dengan penuh kesabarab dan ketekunan ia akan melanjutkan usahanya apa yang ia harapkan dapat terlaksana.
6.      Cenderung untuk ikut melaksanakan tidakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungannya  yang memerlukan peransertanya





IV.    Tujuan STM
Tujuan pendekatan STM ini secara umum sebagaimana diungkapkan oleh Rusymansyah (2006: 3) dalam Nurohman S. adalah agar para peserta didikmempunyai bekal pengetahuan yang cukup sehingga ia mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat dan sekaligus dapat mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang diambilnya. PENN STATE (2006:1) secara lebih terinci merumuskan tujuan STM/ STS sebagai berikut :
1)      STS menyediakan jembatan antara ilmu dan seni liberal.
2)      STS mendorong komunikasi antara disiplin ilmu yang beragam, maka siswa lebih dapat menghargai cara yang rumit di mana ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat berinteraksi.
3)      STS kritis mengulas isu-isu seperti rekayasa genetika, lingkungan, penyakit muncul, komputer dan internet, etika terapan, limbah nuklir, dan pertanian internasional.
4)      STS memberikan siswa dengan dasar-dasar untuk kewarganegaraan yang bertanggung jawab, dan keterampilan yang diperlukan untuk berhasil dalam tempat kerja masa depan yang sangat kompetitif dan terus berubah
Sedangkan NC State University (2006:1) dalam Nurohman S. menggariskan tujuan program pembelajaran STM/STS sebagai berikut :
1)      Membantu siswa belajar beberapa cara alternatif berpikir dan melakukan penelitian yang menjadi ciri Science inter disipliner, Teknologi &Masyarakat lapangan, dan untuk berhubungan ini dengan keprihatinan manusia yang lebih besar
2)      Aktifkan mahasiswanya untuk mengeksplorasi topik yang kompleks STS dengan melihat mereka dari berbagai perspektif dan dalam hubungan topik lainnya, dan untuk mengintegrasikan informasi STS dan konsep dari berbagai sumber
3)      Memberikan siswa dengan keterampilan dan sumber daya untuk mempelajari konsep-konsep kunci STS, literatur, praktek, dan isu-isu untuk mendorong belajar sepanjang hayat
Berdasarkan dua pandangan tersebut, Nurohman S. menyederhanakan bahwa STM dikembangkan dengan tujuan agar :
1) Peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas
2) Peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan/ perspektif untuk mensikapi berbagai isu/ situasi yang berkembang di masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah
3) Peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggungjwab sosial.
Menurut Yager (dalam Sutarno N., 2006: 9.16) tujuan pembelajaran STM adalah sebagai berikut:
a.              Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mengkontraskan sains dan teknologi serta menghargai bagimana sains dan teknologi memberikan kontribusi pada pengetahuan dan pengaruh baru.
b.             Memberikan contoh-contoh dari masa lalu dan sekarang mengenai perubahan-perubahan yang sangat besar dalam bidang sains dan teknologi yang dibawa masyarakat, pertambahan ekonomi, dan proses-proses politik.
c.              Memberikan/ menawarkan pandangan global pada hubungan sains dan teknologi pada masyarakat, menunjukkan dampaknya pa da pengembangan bangsa dan ekologi bumi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa STM memiliki tujuan sebagai berikut :
1.      Peserta didik dapat mengetahui berbagai kemajuan teknologi di bidang sains dan pengaruhnya terhadap dunia.
2.      Menjadikan peserta didik sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggung jawab sosial serta turut berkontribusi dalam mengembangkan IPTEK sebagai hasil dari kreativitas atau pemecahan sebuah permasalahan di lingkungan sosial.
3.      Peserta didik mampu menyikapi berbagai isu-isu atau permasalahan yang ada di masyarakat dengan berbagai alternatif pemikiran ilmiah.

V.  Tahap-Tahap Pembelajaran STM
Poedjiadi, A (2005) menyatakan bahwa model STM adalah suatu pengetahuan interdisiplin yang melibatkan sains sebagai pengetahuan kealaman, teknologi yang menghasilkan produk yang digunakan oleh masyarakat dan kehidupan masyarakat dan termasuk kesejahteraannya. Masyarakat yang menggunakan produk teknologi perlu memiliki pemahaman mengenaisains yang dapat dijadikan bekal untuk memelihara produk teknologi agar selalu berfungsi dengan optimal dan dapat mengatasi kesulitan yang tidak terlalu besar ini dapat direalisasikan melalui siswa di sekolah atau melalui pendidikan non formal bagi masyarakat.
Adapun tahap-tahap dari pendekatan STM (Poedjiadi, A, 2005) yaitu sebagai berikut:
1.      Tahap apersepsi yaitu mula-mula dikemukakan isu-isu atau masalah aktual yang ada dimasyarakat dan dapat diamati peserta didik.
2.      Tahap pembentukan konsep yaitu peserta didik membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui observasi, eksperimen, diskusi, dan lain-lain.
3.      Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah yaitu menganalisa isu-isu atau masalah yang telah dikemukakan diawal pembelajara berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya.
4.      Tahap pemantapan konsep, yaitu guru memberikan pemantapan konsep-konsep agar tidak terjadi kesalahan pada diri pendidik.
5.      Tahap evaluasi, pada tahap ini penggunaan portofolio atau data pribadi peserta didik sangat disarankan.
Tahapanpembelajaransainsteknologimasyarakat
Implikasi model pembelajaran STM dalam pembelajaran meliputi 4 tahapan yaitu:
1.      Apersepsi
2.      Invitasi
3.      Eksplorasi
4.      Penjelasan dan solusi
5.      Pengambilan tindakan



Tahap-tahap pembelajaran dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
Apersepsi

Invitasi

Eksplorasi

Pengambilan tindakan


Penjelasan dan solusi











Gambar: alur model pembelajaran sains teknologi masyarakat

            Tahap invitasi, siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang problematic tentang fenomena alam yang ditemui sehari-hari dengan mengkaitkan konsep-konsep yang dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut.
            Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterprestasikan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok atau individu siswa melakukan kegiatan dan diskusi. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena alam sekelilingnya.
            Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman dan kesimpulan.
            Tahap pengambilan tindakan, siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik bagi individu maupun masyarakat yang berhubungan dengan pemecahan masalah.


VI.    Kelebihan dan Kekurangan STM
Kelebihan dari model STM dapat ditinjau dari segi tujuan, Pembelajaran, guru dan evaluasi.
Segi tujuan, yaitu:
1.      Meningkatkan tidak hanya keterampilan konsep proses sains saja tetapi juga keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah.
2.      Menekankan cara belajar yang baik mencangkup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3.      Menekankan sains dalam keterpaduan antar dan dalam(intra) bidang studi.
Segi pembelajaran, yaitu:
1.      Menekankan keberhasilan siswa.
2.      Menggunakan berbagai strategi.
3.      Menggunakan berbagai informasi, kerja lapangan studi mandiri serta interaksi  antara informasi secara formal.
Segi guru, yaitu:
1.      Mempunyai pandangan yang luas mengenai sains.
2.      Mengajar dengan berbagai strategi baru de dalam kelas, sehingga memahami tentang kecakapan,dan kematangan serta latar belakang siswa.
3.      Menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai sumber informasi.
• Segi evaluasi, yaitu:
1.      Ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar.
2.      Perbedaan antara kecakapan dan keuntungan serta latar belakang siswa juga diperhatikan.
3.      Kualitas, efisiensi serta fungsi program juga dievaluasi.
4.      Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus-menerus dalam membantu siswa.
Menurut Hairida (1996:29) kelebihan penggunaan model STM dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
• Meningkatkan literasi sains para siswa, meningkatkan perhatian siswa terhadap sains dan teknologi serta perhatian terhadap interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat.
• pemahaman yang lebih baik dalam sains.
• Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, bernalar logis, memecahkan masalah secara kretif.
• Peningkatan kemampuan membuat keputusan terhadap permasalahan yang menyangkut sains, teknologi, dan masyarakat.
2.  Kelemahan Model STM
Berikut adalah kelemahan Model STM :
• Kurangnya bahan pengajaran yang dimiliki guru, sehingga proses pembelajaran tidak berjalan dengan lancar, disarankan kepada para guru yang ingin merancang suatu KBM dengan model STM untuk memperluas wawasannya dengan banyak membaca buku atau bertanya kepada nara sumber.
• Pembelajaran dengan model STM memerlukan sedikit tambahan waktu jika dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa. Oleh kaena itu guru harus merinci secara cermat pembagian waktu pembelajaran agar tidak menyita waktu untuk pokok pembahasan yang lain.
• Dibutuhkan tambahan dana untuk menerapkan model STM dalam pembelajaran, sementara anggaran yang tersedia sangat terbatas, maka harus dicari jalan keluarnya.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan rekomendasi jika hendak menggunakan model STM yaitu :
1.      Perlu dibuat materi penunjang oleh para pakar yang tersedia sebagai booklets dan leaflets.
2.      Perlu membiasakan berdiskusi dengan teman sejawat guru untuk mencari isu lapangan.
3.      Model STM yang ideal cukup dilaksanakan sekali dalam satu semester saja melalui topik yang sesuai.
4.      Kaitan antara Sains, Teknologi dan Masyarakat perlu sering dikemukakan pada peserta didik.















DAFTAR PUSTAKA


Karli, Hilda dan Margaretha Sri.Y (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung:

Poedjiadi, A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat (Model Pembelajaran Konstektual Bermuatan Nilai). Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sabar Nurohman, S.Pd.Si
Sutarno, nano (2009). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: universitas Terbuka.
UPIPRESS
http://www.masbied.com/2010/07/03/tinjauan-umum-pendekatan-sains-teknologi-masyarakat-stm/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang.....
Silahkan Berkomentar